Sahabat sekalian, mungkin kita sering mendengar ungkapan "iman itu percaya". Ada yang lebih lengkap seperti "iman itu percaya dan yakin dengan sepenuh hati". Bahkan tidak jarang kita mendengar candaan remaja tentang hal ini, yaitu:
A: "Apakah kamu percaya tentang itu?"
B: "Tentu tidak! Kalau iya sudah bertambah rukun imanku menjadi tujuh."
Mungkin pemahaman iman seperti ini ditanamkan sejak sekolah dasar. Saya pun merasakan hal yang serupa saat sekolah dasar. Entah karena sang guru juga memahami pemahaman yang sama atau penyederhanaan makna sesuai tingkat pendidikan, wallahua'alam!
Ahlussunnah wal Jama'ah mendefinisikan iman seperti ini:
Al Lalikai Rohimahullah (wafat 418 H) mengatakan,
قال الشافعي رحمه الله في كتاب الأم في باب النية في الصلاة : نحتج بأن لا تجزئ صلاة إلا بنية ؛ لحديث عمر بن الخطاب عن النبي صلى الله عليه وسلم : – « إنما الأعمال بالنية » ثم قال : وكان الإجماع من الصحابة والتابعين من بعدهم ممن أدركناهم أن الإيمان قول وعمل ونية ، لا يجزئ واحد من الثلاثة بالآخر
Imam Asy Syafi'i Rohimahullah mengatakan dalam kitab Al-'Um, bab niat dalam sholat, "Kami berpendapat bahwa tidaklah sah sholat kecuali didahului niat berdasarkan hadits dari 'Umar bin Al-Khoththob RA dari rasulullah saw,
"Sesungguhnya setiap amal bersama dengan niatnya."
Kemudian beliau mengatakan,
"Merupakan sebuah ijma'/ sepakat para sahabat dan tabi'in bahwa iman adalah perkataan, amal/ perbuatan dan niat, tidaklah salah satu dari ketiga tersebut tanpa yang lainnya." (1)
Nah, di sini kita mengetahui bahwa iman bukanlah permasalahan keyakinan semata. Namun, iman mengandung tiga aspek yang perlu dirangkul agar sempurnalah keimanan seseorang.
Seperti yang disampaikan tabi'it tabi'in di bawah ini:
Seperti yang disampaikan tabi'it tabi'in di bawah ini:
Al Lalikai juga meriwayatkan dari Imam Al Bukhori rohimahullah dengan sanadnya, bahwa beliau mengatakan,
لقيت أكثر من ألف رجل من أهل العلم أهل الحجاز ومكة والمدينة والكوفة والبصرة ……… أن الدين قول وعمل
"Aku bertemu lebih dari seribu ahli ilmu/ ulama dari Hijaj, Mekah, Madinah, Kufha, Bashroh dan lain-lain yang banyak sekali bahwa mereka semua mengatakan,
"Sesungguhnya agama/ iman adalah perkataan dan amal/ perbuatan." (2)
Ibnu Abdil Barr Rohimahullah (368-463 H) mengatakan, “Abul Qosim ‘Ubaidillah bin Umar Al Baghdadi Asy Syafi’i menyebutkan, “Muhammad bin ‘Ali telah mengabarkan kepada kami, dia mengatakan, “Sesungguhnya Ar Robi’ pernah mendengar Asy Syafi’i mengatakan, “Iman adalah perkataan, amal/perbuatan dan keyakinan hati. Tidakkah engkau pernah melihat firman Allah ‘Azza wa Jalla
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ
“Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu”
(QS. Al Baqoroh [2] : 143)
Yang dimaksud iman dalam ayat ini adalah sholat kalian ketika masih menghadap ke Baitul Maqdis. Maka Allah menyebut sholat dalam ayat ini dengan sebutan iman yaitu terdiri dari perkataan, amal/perbuatan dan keyakinan hati”. (3)
Abu ‘Ubaid Al Qosim bin Abdis Salam (157-224 H) Rohimahullah mengatakan,
فالأمر الذي عليه السنة عندنا ما نص عليه علماؤنا مما اقتصصنا في كتابنا هذا : أن الإيمان بالنية والقول والعمل جميعا ، وأنه درجات بعضها فوق بعض
Perkara yang sesuai dengan Sunnah bagi kami dan yang ditegaskan oleh ulama kami yang kami cantumkan dalam kitab kami ini, bahwa sesungguhnya iman adalah niat, perkataan dan amal/perbuatan seluruhnya. Masing-masing diantaranya ada yang derajatnya lebih tinggi dari yang lainnya”(4)
Al Imam Muhammad bin Al Husain Al Ajurri Rohimahullah (Wafat 360 H) mengatakan,
اعلموا رحمنا الله وإياكم أن الذي عليه علماء المسلمين أن الإيمان واجب على جميع الخلق ، وهو تصديق بالقلب ، وإقرار باللسان ، وعمل بالجوارح ،
ثم اعلموا أنه لا تجزئ المعرفة بالقلب والتصديق إلا أن يكون معه الإيمان باللسان نطقا ، ولا تجزيء معرفة بالقلب ، ونطق باللسان ، حتى يكون عمل بالجوارح ،
فإذا كملت فيه هذه الثلاث الخصال : كان مؤمنا دل على ذلك القرآن ، والسنة ، وقول علماء المسلمين
“Ketahuilah semoga Allah merahmati kami dan anda sekalian, sesungguhnya sebuah perkara yang dipegangi oleh ulama kaum muslimin bahwa iman yang wajib bagi setiap manusia (kaum muslimin) adalah pembenaran dengan hati, ikrar dengan lisan dan amal/perbuatan anggota badan.
Kemudian ketahuilah sesungguhnya tidaklah sah/teranggap pengetahuan/pengakuan dan pembenaran seseorang dengan hatinya melainkan harus desertai dengan ikrar dengan lisan. Tidaklah sah/teranggap pengetahuan/pengakuan seseorang dengan hatinya dan ikrar dengan lisan melainkan harus disertai dengan amal/perbuatan anggota badan.
Maka jika lengkap ketiga hal ini maka orang tadi menjadi orang yang beriman, hal ini ditunjukkan dalilnya dalam Al Qur’an, Sunnah/hadits dan perkataan/pendapat ulama kaum muslimin”.(5)
Penjelasan di atas tentunya membuat tanda tanya bagi diri kita, apakah iman kita selama ini benar?
Atau kita hanya laksana buih di lautan lepas yang terombang-ambing. Buih yang bergerak kemana arah arus yang deras. Bergerak tanpa tujuan yang jelas. Maka, sia-sialah perbuatan kita.
Atau perumpama pungguk yang senantiasa merindukan bulan. Senantiasa bertujuan bulan, tapi tak pernah bersuara tentang bulan. Segalanya berkutat di dalam jiwa tanpa terjawantahkan ke dalam lisan.
Atau kita semisal burung burung beo yang asyik dengan ocehannya. Membeo hanya dengan tujuan untuk menyenangkan sang majikan. Tak tercermin dalam laku sedikitpun karena mungkin tidak paham apa yang telah dibeokan.
Maka jadilah ibarat singa di hutan belantara. Sang raja hutan. Menakutkan dengan auman kerasnya. Membuat ciut dengan cakarnya. Membuat ragu dengan lincah gerak dan cepat larinya.
Wallahu'alam...
pustaka:
(1) Lihat Syarh Ushul I’tiqod Ahlu Sunnah wal Jama’ah oleh Al Lalikai hal. 267/V terbitan Dar Thoyyibah, Riyadh, KSA
(2) Idem hal. 317/I.
(3) Lihat Al Intiqo’ hal. 81 dan Manaqib Asy Syafi’i oleh Ar Rozi hal. 131 (Manhaj Al Imam Asy Syafi’i oleh DR. Muhammad bin Abdul Wahab Al ‘Aqil hal. 163 terbitan Adwa’us Salaf, Riyadh, KSA.)
(4) Lihat Kitab Al Iman Oleh Abu ‘Ubaid Al Qosim bin Abdus Salam dengan tahqiq Al Albani hal. 34 terbitan Maktabah Ma’arif, Riyadh, KSA.
(5) Lihat Asy Syar’iyah oleh Al Ajurri dengan tahqiq Muhammad Hamid Al Faqi hal. 227/I terbitan Anshorus Sunnah Al Muhammadiyah, Kairo, Mesir.
sumber:(4) Lihat Kitab Al Iman Oleh Abu ‘Ubaid Al Qosim bin Abdus Salam dengan tahqiq Al Albani hal. 34 terbitan Maktabah Ma’arif, Riyadh, KSA.
(5) Lihat Asy Syar’iyah oleh Al Ajurri dengan tahqiq Muhammad Hamid Al Faqi hal. 227/I terbitan Anshorus Sunnah Al Muhammadiyah, Kairo, Mesir.
www.muslim.or.id
www.google.com
article: Sudah Betulkah Iman Kita?
0 Response to "Sudah Betulkah Iman Kita?"
Posting Komentar
Silahkan berkomentar