Saudara ku yang dirahmati Allah. Pernahkah anda disaat asyik mengendarai motor di tengah keramaian jalan, tiba-tiba kendaraan anda mogok?! bergegas anda menuju ke bengkel motor yang terdekat? Sesampainya anda, sang montir pasti kan berkata, “kenapa pak motornya?”. Tak salah memang kenapa ia malah bertanya. Karena saat itu ia memposisikan diri anda sebagai pemilik motor yang sudah barang pasti lebih mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi, kenapa sampai bisa mogok. Bukan dia, seahli apapun dia..
Atau kapan terakhir kali anda membeli voucher pulsa hp yang saat ini berada dalam saku baju anda. Tempat yang anda akan datangi sudah pasti ialah counter handphone atau pulsa. Terlihat oleh anda, sebuah counter yang begitu lengkap berisikan berbagai macam kebutuhan seluler yang biasa diburu oleh orang-orang seperti anda. Selengkap apapun counternya, sebagus apapun barang-barang yang tertata rapi memikat setiap pasang mata pelanggan. Disaat anda hendak isi ulang hp anda, petugas counter pastilah bertanya “berapa nomor hp yang anda mau isi? He he, tidak dapat disalahkan juga, kenapa dia bertanya demikian. Karena saat itu, dia memposisikan kita sebagai pemilik hp.Lalu apa yang anda perbuat dikala menderita sakit? Lekas membeli obat? semahal apapun itu. Hanya obatkan yang anda yakini mampu menyembuhkannya? Atau malah langsung datang kepada seorang dokter ahli, yang anda yakini hanya dialah yang mampu mendiagnosa bahkan menyembuhkan penyakit anda? Sesuai dengan gelar kedokteran yang melekat pada namanya. Pasti diapun juga akan bertanya, “apa yang anda rasakan? Sudah berapa lama anda menderita sakit? Tak akan jauh berbeda dengan seorang montir bahkan petugas counter hp kalau begini jadinya. Kenapa tidak segera anda bergegas mengadu kepada Yang Maha Memiliki badan anda, karena pasti Dialah yang lebih mengetahui dibanding anda, dibanding seorang dokter ahli atau sekantung obat penawar. Karena Dia-lah yang memiliki kita, yang menciptakan kita, bahkan Dia yang selalu memperhatikan kita lebih dekat dari urat nadi leher kita sendiri, dan terkadang Dia pun tak bosan menghadiahkan kita dengan sederet ujian, salah satunya ialah sakit.
Teringat firman-Nya “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘kami telah beriman’, sedang mereka tidak/belum diuji” (QS Al-Ankabut:2) Teryata dengan kita mengingatNya, juga mampu menjadi ramuan penawar dari sakit yang kita derita. Tidak akan salah alamat…jika kita meminta…berdoa…memohon kesembuhan hanya kepadaNya, karena Dialah yang sesungguhnya memiliki raga kita yang lemah ini. Alhasil, pengobatan cara ini teryata juga mampu menandingi di tengah canggihnya cara pengobatan medis yang selama ini ada, yakni pengobatan cara spiritual.
Saudaraku, bersyukurlah kita jika diberikan pengetahuan ini lebih dahulu dibanding orang lain, yakni kesadaran untuk mengutamakan mengadu dengan Nya bila didera sakit. Bagaimana jika saudara, orang tua, anak, bahkan teman dekat anda yang kebetulan menderita sakit? Sudah sepatutnya kita turut mengulurkan kepedulian berupa bimbingan spiritual selain uluran medis yang sudah diihktiarkan, walau hanya dengan sebait nasihat yang mampu mencerahkannya. Karena pada hakikatnya setiap diri manusia terdapat sebungkus kebutuhan primer spiritual, maka pengobatan dengan cara memberikan Bimbingan Spritual adalah keniscayaan yang harus dihadirkan dalam ikhitar kita memberikan pelayanan kesehatan kepada orang lain. “Dan bila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkan” (QS. Asy-Syu’ara; 80)
0 Response to "Siapa Diri Kita Sebenarnya?"
Posting Komentar
Silahkan berkomentar