Semangat dan Malas Diantara Gen dan Lingkungan

Assalamu’alaikum, selamat pagi! Bagaimana kabarnya pagi ini? Kalimat-kalimat sapaan seperti ini nampaknya tidak akan pernah kita dengar lagi. Kalimat ini akan benar-benar hilang dalam beberapa waktu ke depan.
Kenapa?

Sebelum menjawab itu, kita perlu ingat bahwa dalam kehidupan akan ada yang mewarisi kehidupan tersebut. Mereka adalah generasi muda. Kemudian kita lihat bagaimana pewaris bangsa saat ini. Para ahli waris saat ini sangat loyo dan diragukan apakah bisa mengurus kehidupan ini.

Loyonya itu dapat dilihat dari perilaku bangun pagi para generasi muda, sekalian menjawab pertanyaan tadi. Hampir semua ahli waris telat bangun pagi. Apalagi bila keadaan tidak ada kegiatan wajib di pagi hari maka otomatis bangun pagi akan menjadi bangun siang.

Jadi wajar saja kalimat sapaan pagi lama-kelamaan akan musnah. Bahkan lebih parah lagi, mungkin saja heningnya masjid di waktu subuh akan menjadi budaya.
Mengapa pemuda saat ini seperti ini? Apakah tidak terwariskan semangat perjuangan dan kemauan mengejar cita-cita dari para pendiri bangsa ini? Apakah gen tersebut tidak diwariskan?

Kita pakai saja teori penurunan sifat Mendell. Dari teori tersebut misal para orang tua memiliki gen dominan semangat dan gen resesif malas/ heterozigot. Maka kemungkinan akan menghasilkan generasi yang malas adalah 25%. Tapi kenapa yang 25% ini yang memberikan gambaran dominan dari kehidupan nyata? Kemana yang 75% lagi yang semangat!

Berarti teori Mendell ini tidak tepat untuk hal ini dan dapat disimpulkan bahwa sifat malas itu tidak diturunkan. Jangan pernah kita menyalahkan orangtua kita lantaran kita malas karena mewarisi gennya.

Dalam teori yang lain dijelaskan bahwa pembentukan sifat pada diri seorang dapat dilihat dari gen dan lingkungan. Kita lihat lingkungan sekarang memang banyak memiliki tantangan. Namun dibalik itu semua tersimpan suatu yang sangat bermanfaat apabila kita temukan. Contohnya saja adalah penggunaan laptop. Laptop/komputer dapat bertindak sebagai tantangan apabila dia berfungsi sebagai sarana game atau film. Jadi, banyak orang-orang menggunakan waktunya untuk santai bermain game ataupun menonton film.

Akan tetapi, apabila kita berhasil membalikkan keadaan itu dengan cara membuat laptop itu sebagai sarana menambah keterampilan diri. Contohnya saja adalah penggunaan laptop untuk membuat suatu bentuk tulisan. Ini dapat mengasah diri dan sangat bermanfaat.

Jadi, kalau kita sedikit memikirkan dan menyimpulkan bahwa lingkungan tidak memberikan efek yang sangat penting terhadap sifat kemalasan kita. Apakah yang membuat kita seperti ini?

Mungkin ada suatu unsur dalam diri kita yang menjadi faktor risiko yang pantas diteliti. Namun, berdasarkan teori-teori tadi aku berhipotesis unsur itu adalah ruhiyah (baca; suatu abstrak yang menunjukkan semangat keimanan kita). Jika ruhiyah kita mantap maka hampir bisa dipastikan kita memiliki nilai positif dalam kehidupan kita sehari-hari untuk diri sendiri, orang, dan lingkungan sekitar.

Mulailah setiap dari kita mengevaluasi ruhiyah kita masing-masing. Dari ruhiyah yang sehat akan terlahir semangat yang sehat. Ruhiyah menjadi harga mati untuk kobaran semangat. Jika setiap kita memiliki ruhiyah yang mantap maka otomatis kita manjadi ahli waris yang berdaya guna. Membangun negeri, mensejahterkan rakyat, dan meraih ridho Allah SWT. Allahu Akbar!

(Amrizal Zuhdy S. dalam tulisan nyeleneh semoga bermanfaat, 2010: no editor)

0 Response to "Semangat dan Malas Diantara Gen dan Lingkungan"

Posting Komentar

Silahkan berkomentar