Sejarah Membuktikan Begitu Berwibawanya Ksatria Islam (bagian I)


Cerita Islam sangatlah unik. Dibawa oleh seorang mulia Rasulullah SAW. Beliau menyerang setiap prinsip yang dimiliki setiap orang di jazirah arab sana terutama kota suci Makkah. Maka mereka yang telah bosan dengan ketidakadilan, ketimpangan sosial, dan individualisme dibalik ajaran yang memang tidak masuk akal mulai tersentuh hatinya jauh di tempat yang sangat dalam.
Lama-kelamaan terbentuklah prinsip dan paradigma baru. Suatu idiologi yang nantinya melahirkan orang-orang besar sepanjang zaman. Idiologi sempurna yang memang sesuai dengan fitrah manusia. Idiologi itu adalah agama Islam yang berisi kurikulum sempurna yang pernah ada di dunia. Sempurnanya paham itu dibuktikan dengan dilahirkannya tokoh-tokoh terkemuka di dunia.
Beberapa dari ratusan bahkan ribuan tokoh tersebut adalah:
1. Muhammad Ibn Abdullah – Rasulullah SAW
Ditempatkannya Rasulullah sebagai orang nomor satu diantara 99 orang terkenal dan tersohor di dunia menunjukkan begitu berpengaruhnya sosok Rasulullah yang satu ini. Itu tidak lain karena beliau membawa suatu paham yang cukup banyak dianut oleh orang lain. Meskipun beliau telah wafat, tapi paham yang beliau bawa tetap terus menurun ke generasi berikutnya.
Bermodalkan wahyu dan tuntunan dari Allah SWT, beliau mendidik para sahabat beliau. Mulai dari hampa kegelapan menuju satu cahaya terang. Banyak sahabat beliau yang berubah total menjadi pembela beliau dan syariat yang beliau bawa. Banyak sahabat dan murid beliau yang menggoreskan namanya dengan tinta emas di lembar catatan sejarah dunia.
Ini semata-mata karena keistiqomahan beliau dalam membawa suatu pesan. Bekal iman di dada beliau tolak segala bujuk rayu yang kerap mengguncang nafsu. Bekal iman juga beliau relakan fisiknya. Berapa kali beliau terkena lemparan batu. Sudah pernah beliau merasakan duri pelepah kurma di jalanan. Dan sangat sering sekali beliau ditindas.
Kalaulah beliau seperti kita yang mengeluh dan mundur barang sebentar, maka akan tidak terbayangkan betapa kacaunya dunia ini. Kebebasan merajalela, peperangan, dan kehancuran dimana-mana. Kalaulah beliau menerima tawaran-tawaran kaum kafir Quraisy yang menggiurkan mungkin tidak akan pernah ada istilah keadilan.
Itulah beliau, yang telah menjalankan perannya. Kisah-kisah beliau sudah sangat sering kita baca di buku-buku atau dengarkan. Begitu mulianya beliau. Begitu sopannya beliau. Begitu cocoknya beliau sebagai tauladan. Ya…Beliau adalah sebaik-baik teladan sebagai seorang manusia.
2. ‘Umar Ibn Khattab – Khulafaur Rasyidin II
Masuk Islamnya ‘Umar ibn Khattab menambah kekuatan kaum muslimin. Beliau mendukung kaum Muslimin seperti dahulu menentangnya. Sejak saat itu terukirlah kisah-kisah mengagungkan dari hidup beliau. Salah satu dari beberapa kisah mengagumkan dari sang khalifah adalah ketika beliau mengambil kunci kota Yerusalem. Berikut kisah ceritanya:
Setelah terjadinya perang Yarmuk , pasukan Muslimin terus melakukan ekspedisi di bawah panglima Abu ‘Ubaidah dan Khalid Ibn Walid melakukan pembebasan wilayah ke seluruh negeri. Tiba gilirannya pasukan Muslimin membebaskan wilayah Yordania dan Palestina. Dalam perjalanannya pasukan Muslim telah membebaskan kota-kota Sabtah, Gaza, Nablus, Bait-Jibril sehingga pembebasan kota Yerusalem tinggal menunggu saja.
Tibalah pasukan kecil yang dipimpin Amru bin ‘Ash mengepung kota Yerusalem. Kota Yerusalem didesain dengan pertahanan yang sangat kuat. Kota itu dikelilingi benteng-benteng yang di depannya digali parit-parit yang terjal. Bila pasukan musuh mendekat maka parit-parit itu akan diisi dengan minyak panas atau sulfur yang membara. Oleh karena itu, butuh rencana yang matang untuk menaklukkan kota Yerusalem.
Belum lagi saat itu adalah musim dingin yang menusuk tulang. Kondisi ini sangat menyulitkan pasukan Muslimin yang mengepung Kota Yerusalem. Tidak tega melihat pasukannya yang kedinginan dalam pengepungan Kota Yerusalem, maka Amru bin ‘Ash meminta bantuan kepada panglima Abu ‘Ubaidah. Saat itu ekspedisi Abu ‘Ubaidah ke bagian utara Syiria telah selesai sehingga bisa dengan cepat membantu pasukan Islam di wilayah selatan.
Berita kedatangan pasukan induk kaum Muslimin membuat ciut nyali pasukan dan warga Kristen dan Yahudi di dalam kota. Mereka menyadari bahwa mereka tidak akan mampu mempertahankan kota itu. Mempertahankan kota itu hanya akan menambah penderitaan saja bagi mereka. Menyadari hal ini maka Patriarch Yerusalem, Uskup Agung Sophronius mengajukan perdamaian.
Permintaan itu pun disambut baik oleh panglima Amru bin ‘Ash agar Yerusalem dapat direbut tanpa pertumpahan darah setetes pun. Walaupun begitu, Uskup itu ingin penyerahan kota suci itu diserahkan ke tangan seorang tokoh yang terbaik di antara kaum Muslimin yaitu Khalifah ‘Umar ibn Khattab r.a. Dia menghendaki agar Umar datang secara pribadi ke Yerusalem.
Biasanya hal ini akan segera ditolak oleh pasukan pemenang. Namun, tidak demikian yang dilakukan kaum Muslimin. Panglima Amru bin ‘Ash memahami benar kondisi psikologis dari penduduk Yerusalem. Dua dasawarsa silam kota ini pernah terjadi perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, dan penajisan tempat-tempat suci oleh pasukan Persia. Ia segera meneruskan permintaan tersebut kepada Amirul Mukminin.
Mendengar permintaann itu, Khalifah menggelar Majelis Syuro di Madinah. Kota suci itu adalah kiblat pertama kaum Muslimin, tempat persinggahan perjalanan Rasulullah SAW pada malam hari ketika beliau Isra’, kota itu menjadi saksi kehadiran para anbiya, seperti  Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan Nabi Isa sehingga dari majelis itu dihasilkan keputusan bahwa khalifah harus pergi ke Yerusalem.
Setelah menitipkan urusan Madinah kepada Ali ibn Abi Thalib, khalifah pergi bersama seorang pelayannya dengan seekor unta. Mereka secara berganti-ganti menunggangi dan menuntun unta tersebut. Tibalah saat giliran Umar yang berjalan kaki dan pelayannya yang menunggangi kuda dan saat itu juga mereka tiba di desa Jabiah tempat pasukan Muslimin menunggunya. Khalifah menuntun unta sementara pelayannya menunggangi unta tersebut adalah pemandangan yang amat ganjil disaksikan masyarakat Desa Jabiah.
Di Desa Jabiah inilah kemudian ditandatangani Perjanjian Aelia. Perjanjian itu berbunyi: “Inilah perdamaian yang diberikan oleh hamba Allah ‘Umar, Amirul Mukminin, kepada rakyat Aelia: dia menjaga keamanan diri, harta benda, gereja-gereja, salib-salib mereka, yang sakit maupun yang sehat, dan semua aliran agama mereka. Tidak boleh menganggu gereja mereka baik membongkarnya, mengurangi, maupun menghilangkannya sama sekali, demikian pula tidak boleh memaksa mereka meninggalkan agama mereka, dan tidak boleh mengganggu mereka. Dan tidak boleh bagi penduduk Aelia untuk member tempat tinggal kepada orang Yahudi.” Butir pelarangan Yahudi bertempat tinggal di Yerusalem adalah permintaan khusus dari pemimpin Kristen.
Setelah itu ‘Umar masuk ke Yerusalem dengan berjalan kaki tidak ada pengawal. Di pintu gerbang khalifah disambut oleh Partiarch Yerusalem yang didampingi para pembesar gereja. Para penyambut tamu berpakaian berkilau-kilau sementara ‘Umar mengenakan pakaian dari bahan yang kasar dan murah. Sebelumnya telah ada saran sahabat untuk mengganti pakaiannya, namun beliau berkata bahwa dirinya mendapatkan kekuatan dan statusnya berkat Iman Islam bukan dari pakaian yang dikenakannya. Saat Sophronius melihat kesederhanaan ‘Umar, dia menjadi malu dan mengatakan, “Sesungguhnya Islam mengungguli agama-agama mana pun.”
Di depan The Holy Sepulchure (Gereja Makam Suci Yesus), Uskup Soprhronius menyerahkan kunci kota Yerusalem kepada khalifah ‘Umar r.a. Setelah itu ‘Umar ingin diantar ke suatu tempat untuk melaksanakan shalat. ‘Umar lalu di bawa ke tempat di mana Nabi Daud AS konon dipercaya shalat di sana dan diikuti oleh umat Muslim. Menyaksikan hal itu Sophronius berujar: “Saya tidak pernah menyesali menyerahkan kota suci ini, karena saya telah menyerahkannya kepada ummat yang lebih baik.
‘Umar tinggal beberapa hari di Yerusalem. Beliau mengatur administrasi pemeritahan dan yang lainnya. ‘Umar juga mendirikan masjid yang kini dikenal sebagai Masjid ‘Umar. Bilal pun mendapatkan adzan pertama kali di masjid tersebut. Sejak saat itu adzan akan terus berkumandang membawa angin perdamaian di kota Yerusalem. Kedamaian itu akan terjaga hingga terjadinya perang salib I yang dikobarkan Paus Urbanus II dan Peter si Pertapa yang melanggar Perjanjian Aelia.

0 Response to "Sejarah Membuktikan Begitu Berwibawanya Ksatria Islam (bagian I)"

Posting Komentar

Silahkan berkomentar