Dua Wajah Dua Cerita

berlari-lari anak-anak kecil itu

saling berkejaran, mengejar-ngejar gelak dan tawa

tak berani singgah luka dan peluh

sekali pun tak berani

di wajah polos mereka

sementara nun jauh di sana

keseriusan tergores di wajah mereka

tatapan mereka tajam

lisan mereka berarti

walaupun umur mereka masih satu-satu

sang ibu pun memanggil untuk pulang

mengisi perut yang kosong

menghilangkan dahaga

hari ini tersedia menu lengkap di meja anak itu

dia telah memesannya pagi tadi

sementara nun jauh di sana

mereka pulang ke surganya masing-masing

mencium ibunya

menerima sekerat roti dari ibunya

tersenyum melihat adik-adiknya kesulitan mengerat roti bagiannya

si anak lahap dan ingin terlelap

menemani sang lelap datang diputarnya televisi

oh…ternyata ini sinetron kesukaannya

entah bagaimana dia menyukainya?

mungkin sang ibu-lah yang mengajarkannya

sementara nun jauh di sana

usai melahap keratan roti dengan satu lahapan

dia minum dengan tenang

“syukron Ummi!”, serunya

Kemudian…

Dia bangkit bertayamum

mensucikan diri menghadap ilahi

kemudian diambilnya quran itu

dibacanya hingga ia terlelap

malam itu petir datang

saling menyambar mengisi malam

guntur pun tak ketinggalan

membuat rebut seisi malam

si anak tak bergeming

mengambil bantal dan selimutnya terhanyut bersama malam

sementara nun jauh di sana

rumah mungil itu rusak tiba-tiba

artileri pasukan musuh menembak membabi buta

hancur semuanya…

“Laa haula wa laa quwwata illa billah!”, serunya dalam sabar.

Tweet