Fenomena Tembok Ratapan

Tembok Ratapan adalah tempat yang dianggap penting dan suci oleh orang Yahudi. Awalnya ia hanya dikenal sebagai Tembok Barat, tetapi belakangan disebut “Tembok Ratapan” (Wailing Wall) karena di sana orang Yahudi berdoa dan meratapi dosa-dosa mereka dengan penuh penyesalan. Selain berdoa dan meratap, mereka juga meletakkan doa mereka yang ditulis pada sepotong kertas yang disisipkan pada celah-celah dinding itu. Mereka juga berdoa dan mengharapkan datangnya Messiah sang penyelamat.

Obama dan Tembok Ratapan


            Tembok ratapan itu kini masih berdiri, dan masih banyak orang datang ke sana untuk berdoa dan meratap, sekaligus menuliskan harapan-harapannya lalu menyelipkannya ke dinding-dinding tembok itu. Tentu Tidak sembarang orang yang boleh datang ke tembok ratapan itu. Harus dijamin ke-yahudi-annya. Physically, cuma boleh dimasuki yahudi. Kalau ada yang nanya kenapa Obama bisa masuk ya? (ane ga tau pasti tuh jawabannya).


A: “Well, ada yang pengen ke tembok tapi bukan Yahudi?”
B: “Kagak mungkin seratus persen dong, Bray... Gua itu 100% Muslim, tulen, lahir dan batin....”
A: “Serius lu Bray!”


            Nah, kini ada sebuah tembok baru yang dibuat di luar tembok ratapan itu. Jika yang datang ke tembok ratapan sebagian besar adalah orang-orang yahudi, maka di tembok baru ini, yang datang meratap bukan saja orang-orang yahudi, tetapi juga orang-orang Muslim dan orang-orang umum. Mereka dengan leluasa meratap, mengeluarkan keluh kesahnya, menuliskan harapan-harapannya, dan menghaturkan doa-doanya. Bahkan, jika Tembok Ratapan di Palestina hanya sedikit pengunjungnya, itu pun tidak setiap hari, maka tembok yang baru ini selalu dipenuhi oleh pengunjung dari segala penjuru dunia tiap saatnya. Bahkan ada yang setiap hari tidak pernah meninggalkan tembok baru ini saking khusyuknya.

            Meski begitu, ia tidak pernah sesak, para pengunjungnya bisa dengan leluasa mengunjungi tembok-tembok itu. Bahkan, mereka diberikan kemudahan dengan dibebaskannya mereka membuat privatisasi pada sebagian tembok tertentu. Mereka bisa menuliskan harapannya, menyelipkan keluh kesah dan doa-doa panjangnya di dinding-dinding tembok itu, bahkan kini mereka juga dapat menyelipkan foto-foto diri mereka. Mereka juga dapat berinteraksi dengan pengunjung lain yang juga menjadi ‘peratap’ di tembok itu.


            Secara tidak sadar umat islam "mengamini" bentuk peribadatan kaum Yahudi La'natullah tersebut dalam tiap detik, menit dan jam nya, umat islam berlomba-lomba menghaturkan kegiatan, harapan, doa, dan impian mereka pada Tembok Ratapan Digital, tembok ratapan itu bernama FACEBOOK! Di Facebook, kita mengenal istilah wall/ dinding. Di sana kita biasa mencurahkan isi kepala kita, harapan, doa dan sebagainya. Secara konseptual, ini sama dengan konsep tembok ratapannya orang yahudi. Bedanya, tembok ratapan kita itu adalah tembok maya, sementara tembok ratapan orang yahudi itu bersifat nyata.

Wall Facebook

            Yang disayangkan adalah banyak umat islam yang mencurahkan ratapan nasib, keluh kesah hidup, harapan-harapan, dan doa-doanya secara berlebihan. Bahkan tidak jarang melupakan zat yang Maha Agung tempat mencurahkan keluh kesah dan tempat meminta.

'Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Dan apabila mendapat kebaikan dia jadi kikir.'
(Al-Ma’arij: 19-21)

Wall ‘peratap’ Kebanyakan isinya keluh kesah. Temanya udah mirip sinetron mendayu-dayu sampai bikin air mata keluar. Sakit dari mulai bisul, cantengan, jerawat, sampai ayan di sampaikan kepada wall.
           
            Cuaca juga gak ketinggalan. Dikasih hujan, ngeluh gak bisa kemana-mana. Dikasih panas ngeluh kepanasan. Segala maksiat juga disebarin di muka umum. Masalah duit abis, rezeki seret terus dan terus disuguhkan. Ibadah juga ada beberapa yang dipublikasikan puasa, sedekah, tapi alhamdulillah ane belum menemukan ada orang yang lagi sholat update status 'lagi roka’at dua nih'.

            Padahal melakukan hal ini secara berlebihan itu sama halnya dengan menelanjangi diri sendiri di depan umum. Ingat Bray, kanjeng Nabi pernah nyabda yang diriwayatkan Imam Bukhori: “Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sesukamu!”



            Yup, di sini kita bisa melihat bagaimana orang yahudi itu mengamalkan ajaran agamanya, bahkan sampai di dunia maya. Bukankah pemilik dan penggagas facebook ini adalah orang yahudi? Namun, umat islam yang tidak sengaja mengamalkan dan mendakwahkannya.

            Dalam banyak hadits disebutkan bahwa nabi saw selalu memerintah umat islam untuk berbeda dengan orang-orang kafir, baik dalam kehidupan sehari-hari seperti cara berpakaian, makan-minum, pergaulan dan sebagainya, maupun dalam masalah ibadah, nabi selalu berkata: “khaalifuu al yahuud (berbedalah dengan orang-orang yahudi).”

Allah swt. berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. al maidah: 51).

           Namun yang sangat disayangkan, walau sudah diperingatkan dan dilarang dalam al-Qur'an dan hadits-hadits nabi saw, agar tidak mengikuti jejak langkah orang-orang kafir, kenyataannya masih banyak, dan bahkan banyak sekali orang-orang islam yang masih selalu mengikuti jejak langkah orang-orang kafir, dan itu sudah diprediksi oleh nabi saw dalam sebuah hadits:
"Sungguh kalian akan mengikuti jejak langkah orang-orang sebelum kalian selangkah demi selangkah, hingga apabila mereka memasuki lubang dhab(biawak), niscaya kalian mengikutinya. Para sahabat bertanya, apakah maksudnya orang-orang yahudi dan nasrani? Beliau berkata: siapa lagi kalau bukan mereka." (HR. Bukhari Muslim).


          Ibnu Taimiyah berkata: "tidak halal bagi umat islam meniru apa saja yang merupakan ciri khas hari raya mereka, baik makanan, pakaian, mandi, menyalakan api, meninggalkan kegiatan keseharian baik pekerjaan maupun ibadah, dan tidak boleh melakukan makan-makan, memberi hadiah, atau menjual barang-barang yang dipakai untuk merayakan hari besar mereka, tidak boleh juga membiarkan anak-anak ikut bergembira atau berpakaian yang bagus. Tegasnya, pada waktu hari raya orang kafir, umat islam tidak boleh melakukan acara husus, akan tetapi melakukan aktifitas sebagaimana hari-hari biasa." lihat: majmu' fatawa 52/923.

            Jadi Bray, kita kudu hati-hatilah dalam hidup ini. Kita yang ngakunya Muslim harus ekstra dong dalam mempelajari agama kita.Biar ngerti mana yang baik dan mana yang buruk dalam agama kita. Dan juga jangan asal ngeluh-ngeluh ga jelas. Iya sih, kadang dengan menceritakan masalah kita kepada orang lain bisa sedikit meringankan masalah secara psikologis. Namun, jangan asal cerita ke tiap orang. apalagi sampai semua orang tahu dengan mensosialisasikannya di dunia maya. Bahaya Bray, malu sendiri kita.
         
           Masalah kita terutama yang pribadi cukup orang terdekat kita dan Allah saja yang tahu, biar aib kita terjaga. Trus, kalau sama Allah percayalah Dia tempat kita mengadu. Jadi, tumpahkan segala keluh kesah kepada Allah. Dan pasti ada solusinya kalau kita sabar dan ikhlas mengharap semata kepada Allah. Serta plus dapat ridho Allah, Sob...! Alhamdulillah!

berlaku juga di situs-situs dunia maya
Wallahu A'lam Bishowab...

Sumber :
drh. Sapto Hudaya
mukminsehat.multiply.com
http://www.eramuslim.com


0 Response to "Fenomena Tembok Ratapan"

Posting Komentar

Silahkan berkomentar