Korupsi Sederhana

Saya tidak ragu menyebutkan korupsi merupakan trending topic pada bangsa ini. Oleh karena, secara sederhana bangsa ini telah berkutat lama pada tujuh huruf itu. Entah siapa yang memulai trend ini di bangsa ini.
edukasi.kompasiana.com

Bangsa ini pun masuk daftar top five dari bangsa-bangsa lain dunia, tapi tak pernah betul-betul mengetahuinya. Boleh kita lihat anak-anak, remaja, orangtua, laki-laki, perempuan, kakek dan nenek pun pernah mendengar kata korupsi. Namun, tak pernah tahu apa arti sebenarnya. Yang terlintas dalam pikiran mungkin hanya sebatas gambaran umum bahwa korupsi adalah sebuah perbuatan yang tidak baik. Titik. Mereka tak pernah tahu bahwa apa yang dilakukannya dalam kehidupan bisa jadi adalah sebuah tindakan korupsi atau sarana munculnya tindakan korupsi.
Generasi silih berganti beriringan dengan waktu. Tua menjadi abu, muda menjadi tua, anak-anak lugu pun menatap dunia. Maka, tradisi pun diwariskan kepada mereka secara sadar ataupun tidak. Sesuatu hal yang lucu para petua bangsa ini mewariskan kecemerlangannya dalam korupsi.
Kita tidak perlu cerdas untuk mengakui bahwa korupsi itu jahat, tapi kita perlu menjadi cerdas untuk mengetahui itu tindakan korupsi. Namun, Akan sangat panjang bila kita uraikan apa itu korupsi, apa bahaya korupsi, yang mana yang digolongkan korupsi dan yang mana yang tidak, and so on, and so on. Perihal itu bisa kita dapatkan dari sumber-sumber yang jelas.
Secara sederhana yang ingin saya sampaikan adalah bahwa kita jangan pernah terpaku pada tindakan korupsi para pejabat yang divisualisasikan dan dicorongkan melalui media-media baik itu sudah terbukti atau baru sebatas dugaan. Ternyata kebanyakan kita mungkin pernah bersinggungan ataupun bahkan pernah melakukan tindakan korupsi atau malah menjadi pemulus jalan korupsi.
Siapa yang di waktu kecil sering tidak mengembalikan sisa kembalian sehabis jajan kepada ibu. Walau hanya  Rp. 500,-. Mungkin otak lugu kita di masa kecil itu akan berpikir; cuma Rp. 500,- ibu tak akan tahu sebab ibu memiliki banyak uang dan tak akan berakibat kepada orang lain. Pernahkah kita berfikir bahwa otak yang lugu itu bisa menjadi cikal bakal otak yang akan mengambil Rp. 5.000.000.000,- uang negara? Apakah etis dengan mengemukakan alasan, Cuma Rp. 5.000.000.000,- negara tak akan tahu sebab negara memiliki triliunan uang dan tak akan berakibat kepada orang lain? Dan siapakah yang patut dipersalahkan?

Pernahkah kita memberikan sesuatu kepada orang lain agar urusan kita lancar?
Atau sebaliknya pernahkah kita dengan senang hati memberikan bantuan kepada orang lain dikarenakan telah menerima hadiahnya (bahasa trendnya gratifikasi)?
Siapa yang pernah memalsukan bon belanja organisasinya untuk mendapatkan upah letih?
Pernahkah kita memeras orang lain dengan kekuasaan yang kita miliki?
            Masih banyak contoh sederhana lain yang bila hal yang mungkin kita anggap sederhana ini kita bawakan kepada tataran pemerintah akan sangat merugikan orang banyak. Hal-hal seperti ini juga yang secara sengaja atau tidak sengaja kita wariskan kepada generasi penerus kita. Maka fisik boleh berganti, tapi jiwanya tetap korupsi.
            Oleh karena itu, mulailah bersikap! Bersikap untuk pribadi sendiri dan bersikap untuk kepentingan orang lain. Berani jujur hebat!

0 Response to "Korupsi Sederhana"

Posting Komentar

Silahkan berkomentar