Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).
(QS. Anfal : 60)
Bagi mereka perjuangan ini adalah suatu keharusan karena mereka yakin inilah jalan terbaik untuk ditempuh. Mereka tahu bahwa perjuangan hanya akan digerakkan segelintir manusia. Segelintir dari serakan manusia yang memiliki hati. Mereka adalah manusia-manusia yang ikhlas yang hatinya bercahaya. Bercahaya karena fitrahnya peka terhadap ketidakadilan dan bercahaya sehingga tahu akan adanya diskriminasi kesejahteraan.
Walau mereka tahu bahwa rintangan dan cobaan adalah kepastian, tapi itu tak menyurutkan langkah mereka. Justru itu memiliki makna tersendiri buat mereka untuk maju dan terus menerjang. Walau mereka tahu bahwa perjuangan ini panjang bahkan bisa melebihi umur mereka, tapi mereka yakin bisa memberikan yang terbaik untuk penerus mereka.
Mereka begitu bersemangat. Perjuangan ini mengajarkan mereka tentang nikmatnya memiliki cita-cita. Cita-cita yang membuat mereka menjadi hidup dan merasakan hidup. Cita-cita yang terus menyulut tubuh mereka untuk terus bergerak, kreatif, dan inovatif. Mereka adalah pejuang-pejuang kebenaran. Mereka adalah penegak syiar-syiar Islam. Mereka adalah para pewaris nabi.
Jangan tanyakan kepada mereka arti lelah dan letih. Jangan dikte-kan mereka tentang kepahitan dalam berjuang. Dan jangan pernah menggurui mereka tentang apa itu menyerah. Oleh karena mereka pejuang sejati yang ikhlas, mereka telah belajar banyak. Bagi mereka kemenangan adalah mutlak karena mereka punyak ukhuwah dan cita-cita. Kemenangan itu akan mereka dapatkan dari Allah SWT baik di dunia ataupun di akhirat. Sehingga tidak ada kamus kekalahan di hati mereka – para pejuang.
Mereka yakin kemenangan merupakan bagian dari ketentuan Allah SWT. Kemenangan merupakan anugerah yang sangat berharga. Ia menjadi harapan orang yang sedang berjuang. Bagi mereka yang berada di medan juang, kemenangan amat dinanti-nanti segera tiba. Mereka ingin kemenangan itu menjadi dekat.
Akan tetapi, mereka tahu bahwa kemenangan itu tidak akan datang dengan sendirinya. Melainkan ada beberapa usaha yang patut dilakukan agar bisa menghadirkannya. “…Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri… (Ar Ra’d: 11)” Kemenangan itu dihadirkan dengan jalan-jalan yang akan memuluskan kehadirannya. Melalui upaya maksimal manusia (ikhtiyar basyariyah) sehingga kemenangan itu mutlak menjadi hak mereka.
Mereka yang sadar akan hakikat kemenangan selalu semangat dan siap untuk operasionalisasi jalan ini. Mereka memiliki karakter-karekter pejuang sejati yang ikhlas kebanyakan. Adapun karakter mereka adalah:
1. Kesanggupan untuk Dimobilisasi
Sanggup dimobilisasi dengan cepat dalam berbagai keadaan adalah watak para pahlawan Islam. Inilah perilaku prajurit yang gagah berani yang berani maju menghadapi tugas dan amanah sekalipun berat rasanya. Tidak ada pilihan kecuali menyongsong kemenangan yang dijanjikan. Hidup mulia atau mati sebagai syuhada.
Bagi seorang prajurit yang siap, memikul tanggung jawab adalah kemuliaan. Jika ingin meraih kemuliaan, maka mereka akan mengerahkan segenap kemampuannya untuk tetap bertahan dalam garis tugas. Berbalik ke belakang adalah cerita tabu kepada generasi penerus. Selalu menyongsong tugas sebaik-baiknya.
Semangat Abdullah bin Rawahah ra mengemban tugas di perang Mu’tah dapat dijadikan contoh. Dia tidak sedikit pun takut atau mundur walaupun Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abu Thalib telah syahid. Dia benar-benar menyadari dialah yang diamanatkan menjadi komandan oleh Rasulullah bila kedua komandan tadi syahid. Dia maju ke depan dengan kudanya. Pada saat itu dia melantunkan syair:
“Wahai jiwa segeralah turun ke sini
turunlah atau biar Engkau dibenci
biarkan mereka berteriak dan menghiba
mengapa kulihat Engkau tidak suka surga.”
Seisi kehidupan kita memiliki tugas dan amanah yang harus kita kerjakan. Bila kita runut maka akan begitu banyak yang menanti untuk diselesaikan. Bila kita telah menyelesaikan yang satu maka akan datang yang satunya lagi. Begitu terus dan entah kapan akan berhenti. Sebuah keniscayaan dalam kehidupan.
Sementara itu, waktu kita amatlah sedikit. Kehidupan kita diwarnai perlombaan antara tugas dan waktu yang kita miliki. Maka Allah SWT berfirman: “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Alam Nasyrah: 7). Hidupkanlah selalu sikap untuk sanggup dimobilisasi dengan cepat dalam berbagai situasi sehingga bisa segera mengistijabahi tugas-tugas mulia tersebut.
2. Bersabar Berada di Pos-Pos Dakwah
Berada pada pos-pos dakwah terkadang banyak kendala dan cobaan. Baik yang menyenangkan ataupun yang menyulitkan. Ini merupakan ujian yang diberikan Allah SWT untuk menilai sejauh mana keseriusan dan tingkat kesabaran seorang prajurit terhadap tugasnya.
Mereka yang berada pos-pos yang terfasilitasi maka mereka memiliki tanggung jawab yang ekstra untuk hasil tugas mereka. Mereka yang memiliki segala akses dan fasilitas yang lengkap maka wajar saja tuntutan proses dan hasilnya lebih tinggi. Jangan sampai dengan segala kemudahan yang didapat menjadikan seorang pejuang itu menjadi malas berbuat atau berbuat sesuai standar minimal saja. Sedangkan mereka yang berada pada pos-pos yang membosankan dan memberatkan maka dituntut kesabaran untuk tetap bertahan di pos tersebut.
Kaum Muslimin telah mengalami pelajaran pahit di medan Uhud. Ini menjadi catatan mahal umat Islam. Tatkala pos-pos tugas itu dinilai dengan pandangan kesenangan material semata maka itu berakibat fatal bagi mereka. Sebab pos-pos yang harusnya dijaga dengan sabar dan disiplin, akhirnya ditinggalkan begitu saja. Kekosongan pos tugas tersebut menjadi peluang musuh untuk mengkocar-kacirkan barisan kaum muslimin hingga porak-poranda. Dan kerugianlah yang diperoleh.
Rasulullah mengingatkan: “Berjagalah di pos kalian ini dan lindungilah pasukan kita dari belakang. Bila kalian melihat pasukan kita berhasil mendesak dan menjarah musuh, jangan sekali-kali kalian turut serta menjarah. Demikian pula andai kalian melihat pasukan kita banyak yang gugur, janganlah kalian bergerak membantu.” (HR. Bukhari) Bagi seorang pejuang ketika sudah menempati posisinya, ia akan menjaganya dengan baik-baik. Ia tidak akan tergiur sekejappun untuk meninggalkannya. Ia paham akan sabda Rasulullah: “Prajurit yang baik adalah bila ditugaskan di bagian belakang, maka ia ada di tempatnya. Bila ditugaskan di barisan terdepan, maka ia pun ada di tempatnya.” (HR. An-Nasa’i)
3. Siap Siaga Menyongsong Tugas
Bila genderang perang telah ditabuh, maka perang harus dimenangkan. Bila instruksi telah diterima, maka tugas harus diselesaikan. Yang terpikir adalah bagaimana strategi penyelesaiannya bukan “bagaimana jika”. Bagaimana jika kita kalah, bagaimana jika kita gagal, bagaimana jika kita terbunuh, dan bagaimana yang lain hanya akan memadamkan nyali kita. Yang perlu kita lakukan adalah siap siaga untuk menghadapi situasi apapun.
Tentunya untuk menghadapi situasi apapun, seorang prajurit harus memiliki kesiapan. Kesiapannya meliputi segala sector. Kesiapan ruhiyah, jasadiyah , dan fikriyah. Manakala kesiapan terebut sudah begitu mantap di hati para prajurit, maka selanjutnya terserah kepada Allah SWT. Biarlah Allah yang akan memback-upnya. Yang Maha Kuat dan Perkasalah yang akan menggerakkan seluruh potensi yang dimiliki para prajurit dan yang akan senantiasa menolong dalam pertempuran. Allah SWT berfirman:
Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al Anfal: 17)
4. Pantang Mundur
Bila seorang prajurit telah tersusun dan menjadi bagian dalam pasukan perang maka hanya satu sikap yang dimilikinya. Sikap sebagai pemenang dan maju untuk ke depan adalah sejatinya seorang prajurit yang sejati. Mundur adalah suatu sikap kekalalahan. Mundur adalah alasan yang tidak logis bagi para suksesor pembela kebenaran. Karena mundur merupakan kehinaan bagi seorang prajurit di dunia dan akhirat.
Allah berfirman:Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, Maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, Maka Sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka jahannam. dan amat buruklah tempat kembalinya. (Al Anfal: 15-16).
Bagaimana para prajurit di bawah Panglima Thariq bin Ziyad dapat kita jadikan contoh. Menghadapi kenyataan ini, keberanianlah yang harus kita perbesar. Berani karena kita benar. Kita bukan seperti kebanyakan orang karena membawa misi-misi kesucian.
5. Tidak Bermaksiat
Kemenangan dan kekalahan yang dialami para prajurit di medan pertempuran sangat bergantung kepada perbuatan mereka sendiri. Kemaksiatan dapat menjadi penyebab kekalahan, begitu juga dengan ketaatan dapat membawa kemenangan.
Kemaksiatan oleh seorang prajurit harus lebih ditakuti daripada kekuatan musuh. Suatu kemaksiatan seseorang dapat membawa efek buruk bagi orang lain. Allah SWT akan meninggalkan barisan perang yang di dalamnya terdapat orang-orang yang berbuat maksiat terhadap-Nya.
Catatan hitam perang Uhud merupakan contoh yang tak terbantahkan. Beberapa prajurit yang bermaksiat terhadap Allah dan Rasul-Nya maka berdampak terhadap prajurit lain yang sedang berperang. Allah berfirman: Dan Sesungguhnya Allah Telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada sa'at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan Sesunguhnya Allah Telah mema'afkan kamu. dan Allah medan mpunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman (Ali Imran: 152).
Sifat-sifat para prajurit tadi merupakan bentuk kesungguhannya dalam hidup. Bagi mereka yang telah mengklaim bahwa kemenangan adalah hak mereka, maka telah nyata bagi mereka pertolongan Allah. Pertolongan itu mereka kejar dengan selalu mengupgrade diri mereka untuk selalu siap dalam segala situasi. Sepanjang apapun peperangan terserah mau berapa kali mereka berperang, namun mereka yakin bahwa mereka telah dicatat sebagai orang-orang yang telah menang.
0 Response to "Bersiap-Siap Menanti Tugas"
Posting Komentar
Silahkan berkomentar