Assalamu’alaikum wr. wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin.
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan nikmatnya. Sombong sekali kita yang menghamba ini karena begitu banyak hamba-hamba-Nya yang lain yang diberikan kekurangan-kekurangan dalam kehidupannya namun dia tetap bersyukur dengan caranya sendiri.
Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ‘ali Muhammad.
Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW melalui doa-doa ummatnya yang menjadikannya sebagai teladan dan mencintai beliau hingga akhir kelak. Insya Allah kita adalah bagian dari ummat-ummat beliau yang berbaris di belakang beliau dalam barisan panjang menuju penghisaban di yaumil akhir kelak.
Dikesempatan kali ini, ana mencoba merespon dengan ilmu yang ana miliki tentang bagaimana kita menjaga kemurnian amalan yang telah kita buat dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam beramal (melakukan hal-hal yang baik) harus didasarkan atas niat kita melakukannya. Niat adalah gambaran atas keseriusan dari amalan kita. Kalau niat kita tidak 100% focus ke amalan tersebut alamat amalan tersebut akan seperti apa yang kita niatkan. Lain halnya kalau kita 100% focus ke amalan tersebut maka alamat segala tindak tanduk kita akan berpikir bagaimana cara menyukseskan amalan tersebut.
Selain itu, dalam niat juga kita harus menujukan untuk siapa amalan tersebut. Apakah untuk Allah atau tidak? Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:
dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (Al Hajj: 31)
……..Dan itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya). (Al Maa’idah 85)
……dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar. (An nisaa’ 146).
Dari ayat-ayat Allah tersebut dapat kita ambil makna bahwa keihklasan adalah kunci diterimanya suatu amal. Amalan yang didasarkan atas keikhlasan adalah amalan yang berlandaskan keimanan kepada Allah SWT.
Kemudian setelah menempatkan amalan kita karena Allah SWT maka kita harus menjaga dan memeliharanya. Amalan akan luntur jika diiringi oleh riya (menyebut-nyebut dan membanggakan amalan). Bahkan jika kita melakukannya lebih besar keinginan untuk disebut-sebut dari pada karena Allah maka kita di cap sebagai orang yang munafik karena mencoba menipu Allah SWT. Allah berfirman:
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali (An-Nisaa’ 142).
Jadi, untuk menjaga amalan kita ada tiga waktu yang perlu kita waspadai dalam beramal, yaitu:
1. Persiapan melakukan amalan
Sebelum melakukan amalan kita persiapkan lahir dan batin kita. Jika keduanya tidak dipersiapkan maka akan muncul unsur keterpaksaan dan keengganan beramal. Setiap yang terpaksa pasti tidak dengan lapang hati dan setiap yang tidak dilakukan lapang hati akan melunturkan keikhlasan.
2. Melakukan amalan
Beramalan adalah suatu proses kebaikan maka janganlah kita mengotorinya. Hiasilah segala prosesnya dengan keindahan. Keindahan muslim seperti ibadah, keindahan ukhuwah yang tidak menggores hati, keindahan tanggung jawab yang tidak menjatuhkan orang lain, keindahan prasangka yang jauh dari fitnah, dan keindahan islam yang menebar bunga-bunga harum manfaat.
3. Setelah melakukan amalan
Setelah melakukan amalan adalah waktu-waktu penting yang perlu terus diwaspadai. Waktu ini amat panjang sehingga kita tidak tahu seberapa panjangkah dia. Bisa 1 detik, 1 menit, 1 jam, 1 hari, 1 bulan, 1 tahun, bahkan berpuluh-puluh tahun. Waktu itu adalah masa penantian kiamat kita (kiamat kecil/ kematian atau kiamat besar).
Alangkah meruginya kita yang telah melewati 2 waktu tapi gagal pada waktu ketiga. Dan alangkah semakin meruginya kita ketika waktu ketiga ini kita jalankan telah berpuluh-puluh tahun. Janganlah sampai terbersit riya di dalam hati-hati kecil kita. Waspadalah kita karena riya menggerogoti setiap senti bangunan amal kita hingga bangunan itu rusak tak bersisa.
Terakhir kali, marilah kita bersihkan segala hati-hati kita. Hati-hati yang kotor akan menjadi tempat berdiam dirinya setan. Dari hati-hati yang dikuasai setan akan sulit membuat amalan yang ikhlas yaitu amalan yang dilandaskan keimanan kepada Allah SWT. Meminta pertolonganlah kepada Allah SWT karena dialah yang memiliki hati-hati yang mudah terombang-ambing ini.
(* Niat
* Sesuai dengan apa yang dilakukan oleh rasulullah)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Menjaga Kemurnian Amalan"
Posting Komentar
Silahkan berkomentar