Dakwah Tidak Menantang?


Assalamu’alaikum wr. wb!
Bismillahirrahmanirrahim!

Menarik sekali ketika aku mendengar nasehat salah seorang dari seniorku di suatu acara. Beliau memberikan sebuah nasehat yang menggambarkan tabiat jalan dakwah bahwa dakwah ini memang didukung oleh sedikit orang. Meskipun banyak terlihat yang bekerja dalam dakwah, tetapi sedikit sekali yang akan tersisih ketika agenda-agenda yang menguji ketaatan di gelar.
Mahasuci Allah SWT yang telah mengatur segala-Nya. Dia jugalah yang mengatur penyaringan terhadap kader-kader dakwah. Begitu acara penguji ketaatan itu tiba maka akan terlihat siapa yang benar-benar merupakan motor penggerak dakwah. Disaat itu akan terlihat siapa yang benar-benar meng-azzam-kan dirinya di jalan dakwah. Itu mungkin karena semangat berdakwah kader yang mengalami penurunan.
Beliau lalu mengabarkan kondisi yang dihadapi para kader dahulu. Mereka dahulu untuk mendapatkan sesuatu harus dengan perjuangan susah payah terlebih dahulu. Contohnya saja untuk menghadiri liqo’ harus berjalan jauh dengan sembunyi-sembunyi dan keesokan harinya baru bisa pulang karena liqo’ biasanya diadakan malam hari untuk menghindari kecurigaan masyarakat. Beliau juga menambahkan contoh-contoh yang lain yang intinya bahwa zaman sekarang ini kader sudah dilenakan oleh fasilitas yang lengkap untuk berdakwah.
Tepat seperti yang disampaikan beliau aku juga merasakan hal serupa. Lengkapnya media-media untuk melakukan sesuatu justru mematikan semangat kita untuk melakukan sesuatu itu. Contohnya saja seseorang yang memiliki sebuah buku maka dia cendrung untuk menunda-nunda buku tersebut untuk dibaca. Dia mungkin berpikir bahwa dialah yang memiliki buku itu sehingga setiap saat buku itu berada di dekatnya dan setiap saat dia bisa membacanya. Berbeda dengan orang yang meminjam sebuah buku dengan batas peminjaman. Mau tak mau dia harus menyelesaikan buku itu dalam masa pinjaman. Dia akan terpacu untuk menyelesaikan membaca buku itu sebaik-baiknya karena dia hanya memiliki kesempatan yang terbatas.
Begitu juga dengan dakwah. Di mana sudah banyak tersedia media-media untuk berdakwah. Ini menimbulkan pemikiran di kalangan kader bahwa dakwah tidak menantang lagi.  Karena mudahnya berdakwah maka cendrung menunda-nunda berdakwah.
Padahal kalaulah kita berfikir menggunakan akal sehat maka akan jauh berbeda dengan kenyataannya. Justru segala fasilitas itu akan menambah tantangan dakwah. Contohnya saja ketika kita hanya memiliki kaki untuk berjalan berdakwah maka dakwah yang kita lakukan hanya sebatas luas wilayah yang dapat dijangkau kaki tersebut. Sementara kalau kita memiliki sebuah sepeda motor pengganti kaki tadi maka luas daerah cakupan tadi harusnya lebih besar.
Inilah sebenarnya pekerjaan besar. Ini yang namanya tantangan dakwah. Jadi, sangat salah sekali bahwa dakwah tidak menantang. Justru dengan kemudahan berdakwah sekarang kita dituntut untuk berdakwah lebih luas lagi. Kita harus menjernihkan pikiran kita untuk melihat hal ini dengan seksama.
Sama seperti di zaman Rasulullah bahwa ketika mereka telah mendapatkan Madinah sebagai markas dakwah maka itu justru menambah tantangan kaum mukminin. Mengapa? Karena mereka telah memiliki kemudahan untuk berdakwah maka mereka dituntut untuk berdakwah ke arah yang lebih besar lagi. Fathul Makkah, jatuhnya Persia dan Romawi adalah jawaban tantangan itu. Dan semakin besar markas dakwah Islam maka dituntut untuk meningkatkannya baik secara kualitas maupun kualitasnya.
Jadi, Saudara sekalian aku mengajak diri sendiri dan saudara-saudara sekalian untuk cermat menjawab kemudahan yang telah diberikan oleh Allah SWT. Betapa banyak yang gagal ketika menjadi orang kaya dan lebih sedikit jumlah orang yang gagal ketika menjadi orang miskin (Banyak orang kaya yang sombong sementara banyak orang miskin yang sabar). Cermatilah setiap keadaan! Allah SWT memberikan kelebihan kepada kalian sekalian berarti Allah SWT telah mempercayakan sesuatu yang lebih untuk kalian kerjakan. Allahu Akbar!

0 Response to "Dakwah Tidak Menantang?"

Posting Komentar

Silahkan berkomentar