Tanpa Allah SWT, Kita Tidak Dapat Lurus

--------------------------------------------------------------------------------
Mitos menyebutkan jika seseorang tersesat maka dia akan berputar-putar dan akan kembali ke tempat dimana ia memulai perjalanannya. Penelitian pun dilakukan untuk mengetahui bahwa apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang akan terjadi jika seseorang mencoba berjalan tanpa adanya petunjuk arah tujuan.
Peneliti studi dengan menggunakan GPS untuk melacak para relawan yang melakukan perjalanan di padang pasir Sahara yang berada di Tunisia, dan hutan Bienwald di Jerman. Ditemukan bahwa para peserta hanya dapat berjalan lurs ketika ada matahari atau bulan. Matahari dan bulan menjadi fokus arah dan pembimbing untuk berjalan. Saat matahari atau bulan tidak ada atau tertutup oleh awan maka secara tidak sadar para peserta mulai berjalan melingkar.
Dr. Jan Souman, dari Max Planck Insitute di Tubingen, Jerman, adalah pemimpin penelitian tersebut. Ia mengatakan mitos tersebut benar. Seseorang akan berjalan melingkar-lingkar saja atau tersesat ketika tidak ada yang menjadi patokan.
Setiap orang tiap dapat berjalan dalam garis lurus apabila tidak memiliki petunjuk yang jelas. Penelitian lain yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology, menunjukan semua relawan yang ikut dengan mata tertutup juga mengalami hal yang sama.
Salah satu alasan utama yang paling memungkinkan adalah apabila salah satu kaki dari mereka lebih panjang ataupun lebih kuat, yang meningkatkan ketidakpastian untuk berjalan lurus, ujar peneliti. “Sebuah kesalahan acak di berbagai tanda indrawi yang menyediakan informasi mengenai arah berjalan bertambah setiap saat, membuat apa yang seseorang fikirkan mengenai berjalan lurus menjadi kabur dan menjauh dari pandangan arah lurus sebenarnya,” jelas Dr Souman.
Sumber: www.inilah.com
------------------------------------------------------------------------------------

Kutipan di atas menunjukkan kepada kita bahwa sebenarnya manusia ini rapuh. Manusia ini lemah. Untuk berjalan saja kita membutuhkan sesuatu agar lurus. Jangankan hal itu, kembali kepada yang mendasar bahwa untuk hidup saja manusia bergantung.
Namun, semuanya itu ibarat makanan lezat menghampiri manusia yang tertidur pulas karena kekenyangan. Kesemuanya itu ibarat minuman menghampiri manusia yang dahaganya telah hilang. Dan keseluruhannya itu ibarat hidup yang melambaikan tangannya pada manusia yang seolah-olah hidup.
Kita tidak tahu bahwa kita ini sebenarnya lemah. Kita tidak tahu bahwa kita ini sebenarnya butuh pertolongan. Oleh karena kita tidak tahu sebenarnya kita ini “bodoh” lagi zalim.
Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (Al-Ahzab: 72)
Kita bodoh dan zalim karena kita sok tahu akan kepentingan kita. Kita bodoh dan zalim karena kita sok tahu akan kebutuhan kita. Kita bodoh dan zalim karena kita sok tahu akan diri kita. Bahwa yang sebenarnya adalah kita membutuhkan sesuatu tempat bergantung. Sesuatu tempat untuk meminta. Sesuatu tempat untuk meluruskan hidup kita.
Bagi kita yang telah diberi akal dan hati, Tidakkah kita tahu bahwa segala hal perintah Allah adalah wujud sayang-Nya agar kita tetap dalam kebaikan jasmani dan rohani? Dan segala larangan-Nya adalah bentuk perlindungan-Nya dari segala yang membuat kita hina?
Sebenarnya disekeliling kita ada banyak petunjuk. Ada banyak sekali Allah berikan petunjuk yang meliputi segala ciptaan-Nya. Hanya saja akal dan hati kita tak mau membuka. Maka wajar saja kita mencoba-coba jalan yang lain. Kita hinakan diri kita dengan memilih jalan yang menyimpang.
Kita pilihkan untuk hidup kita jalan mendurhakai Allah. Kita pilihkan untuk hidup kita ini jalan menjauhi Allah. Sehingga lama-kelamaan kita semakin jauh dari Allah. Kita semakin tersesat. Kita hanya berputar-putar tak tentu arah di kehidupan ini. Semakin terhanyut bingung dan semakin bingung.
Oleh karena itu, tak pernahlah terbersit pada kita untuk mendurhakai Allah. Itu akan menjauhkan kita dari-Nya. Bagaimana mungkin kita menjauhi orang yang kita butuhkan? Bagaimana mungkin kita pergi dari sesuatu yang menjadi tempat kita bergantung?
Wallahua’alam!

2 Responses to "Tanpa Allah SWT, Kita Tidak Dapat Lurus"

  1. Assalamu'alaikum wr wb.
    Membaca pemikiran orang lain, terutama orang-orang dengan pemikiran yang hebat bisa membuat pembacanya tertular dengan pemikiran" hebat itu.
    Sekarang sudah banyak yang mau menularkan pemikiran hebatnya.
    Ana minta izin me-link blog hebat ini, apakah diizinkan? Syukran.

    BalasHapus

Silahkan berkomentar