Sang Jendral dan Perangnya


Perhelatan perjuangan sungguh membutuhkan perhatian yang lebih. Sungguh harus lebih. Apalagi jika kondisinya kita mengobarkan semangat pertempuran yang menggebu-gebu. Sangat menggebu-gebunya sang jendral tak sempat melihat ke belakang. Ternyata di belakang barisan mulai longgar, prajutit kelelahan, dan semangat sudah menguap.
Apa yang harus diperbuat jendral pasukan jika keinginan raja sudah bulat. Titah sudah turun bahwa perang harus di gelar. Ekspansi harus dilakukan. Target wilayah caplokan sudah diumumkan. Maka sang jendral yang langsung membawahi komandan pasukan bekerja keras. Ikut-ikutan komandan-komandan bahu-mambahu. Meskipun sesekali pangling dibuatnya.
Harus ada jalan keluar. Titah sudah turun berarti mati jika menolak. Harus ada jalan keluar. Sang jendral memutar akal dan memainkan logika. Menimbang matang-matang untuk tetap menjalankan titah walaupun dalam kondisi yang sangat pelik. Harus ada jalan keluar. Sang jendral terus berpikir.
Dalam jejak perjalanan perangnya, tibalah sang jendral di sebuah desa indah dan damai. Mencoba mencari nafas dan semangat yang hilang selama di pembebasan dua kota sebelumnya bersama komandan-komandan dan pasukannya. Beristirahat sejenak dengan tetap memikirkan titah sang raja.
Di istana sang raja sebenarnya tidaklah arogan. Hanya saja sang raja jarang turun menyapa barisan perangnya. Jarang berjalan memberikan seyuman semangat dan memiliki. Jarang memberikan tepukan di pundak-pundak prajurit perangnya pertanda kedekatan. Sang raja terkesan sangat jauh sekali dengan prajuritnya.
Di istana sang raja sebenarnya tidaklah gegabah dalam menurunkan perintah. Hanya saja sang raja memikirkan segala masukan dari penasehat dan jendral-jendral perangnya. Mereka berkutat dan berkutit memikirkan keputusan yang terbaik. Walaupun sesekali mereka memiliki idealism masing-masing tentang kekuatan dan kebanggaan kerajaan. Berbekal info-info dari penasehat dan jendral perangnyalah, maka titah sang raja itu diterbitkan.
Maka kembalilah kepada kondisi sang jendral di desa yang indah lagi damai itu. Sang jendral tau betul bahwa dia ikut dalam pemutusan titah itu. Maka tak ada jalan lain kecuali maju bertempur ke medan perang. Maju menyongsong kemenangan demi yang terbaik.
Pemikiran itu pun tiba-tiba muncul. Desa yang indah dan damai itu ternyata memiliki potensi sumber daya manusia yang tinggi. Maka berniatlah sang jendral merekrut para pemudanya untuk bergabung. Berdiri di barisan pasukannya menyongsong titah sang raja.
Latihan dasar, persenjataan, dan latihan gabung pun di laksanakan. Latihan itu pun berjalan selama sebulan kurang tiga hari. Selama itu pula sang jendral semakin lama semakin khawatir akan keberhasilannya melaksanakan titah sang raja. Mengapa? Karena selama itu sang jendral semakin yakin bahwa sumber daya manusia yang dia anggap selama ini berpotensi ternyata jauh dari harapan.
Mental prajurit barunya tidak teruji. Sang jendral heran akan keadaan ini padahal dia telah menggembleng habis-habisan prajurit barunya ini bersama para komandannya. Mungkin terlalu lama mereka dilenakan suasana damai membuat mereka lupa. Mungkin terlalu indah suasana yang mereka rasakan sehingga membuat mereka melempem. Dan akhirnya sang jendral semakin kebingungan.
Di batas akhir waktu untuk bergerak sang jendral kembali merapikan barisan pasukannya di bantu oleh komandan-komandannya. Dilihatnya kembali barisan pasukannya. Sedikit yang bermental prajurit dan banyak tambahan pasukan baru yang bermental lemah. Kembali dia tertunduk dan mengurut-ngurut dahinya.
Dia tegakkan kepalanya kembali. Dia berteriak berapi-api menyemangati pasukannya. Dia mengayunkankan pedangnya. Dia hunuskan ke arah barak musuh, kota yang dibebaskannya berikutnya
 Ternyata tekadnya telah bulat. Sang jendral mengambil keputusan menyongsong maju ke barak musuh. Dia mencoba tunaikan titah sang raja dengan segala kondisinya. Dan waktulah yang menjadi saksi perjuangan mereka. Apakah gugur atau menang dalam peperangan biarlah nilai perjuangan mereka yang terabadikan.

4 Responses to "Sang Jendral dan Perangnya"

  1. aslm.
    posting yang bagus..
    sang jendral memang harus bisa merangkul dan menyemangati anggotanya
    penjagaan komandan harus di lakukan agar angin sepoi-sepoi tidak mengendorkan pengangan pasukan perang nya...
    semangat akhi

    BalasHapus
  2. wa'alaikumussalam wr.wb.
    Yupz...anda lebih paham, karena mungkin Anda-lah sang jendral itu!

    BalasHapus

Silahkan berkomentar